akankah kita,
terus mengadu
pada papan papan ketik yang diam
dan layar yang silau
akankah kita,
terus mengadu
pada kabel kusut
dan sinyal tak kasat mata
yang menghantarkan tulisan ini
pada layar matamu
akankah kita,
terus mengadu
pada layar yang silau
pada papan ketik
pada orang-orang yang namanya tertulis
namun wujudnya tak kelihatan
akankah
kita
terus
mengadu?
Damai belum terbit
Mungkin besok,
atau lain hari.
sampai akhirnya letih dan rela berdamai,
dengan diri sendiri.
Mungkin besok,
mungkin lain hari.
atau lain hari.
sampai akhirnya letih dan rela berdamai,
dengan diri sendiri.
Mungkin besok,
mungkin lain hari.
Hakim yang prematur
Kebanyakan pikiran kita ramai dengan pertanyaan, 'bagaimana kita membalas?'
Namun pertanyaaan mengenai 'apakah saya mengerti?' sudah tidak terlalu penting diperdebatkan
Di luar sana,
banyak yang memilih diam
karena dunia tidak diajarkan untuk mengerti.
Namun diajarkan untuk menghakimi,
tentang mana yang baik dan buruk
benar dan salah
patut dan tidak
jelek dan cantik
bodoh dan pintar
kaya dan miskin
berguna dan tidak
penting dan remeh
terus dan terus,
dikotak-kotak
dihasut bias-bias
pendidikan untuk menghakimi,
dan sibuk dengan opini.
Sibuk dengan diri sendiri,
kemudian membuat kita
membenci untuk paham
dan menggemari pengadilan.
mungkin belum,
tapi suatu hari.
yang remeh bisa jadi penting,
yang buruk ternyata baik,
yang bodoh ternyata pintar.
mungkin belum,
tapi suatu hari.
kita tidak peduli akan label, julukan, cap
kita tidak lagi disibukkan menilai dan menghakimi.
mungkin belum,
tapi suatu hari.
Kita akan lebih sibuk untuk memahami,
sibuk mempelajari,
dan sibuk memaklumi.
Namun pertanyaaan mengenai 'apakah saya mengerti?' sudah tidak terlalu penting diperdebatkan
Di luar sana,
banyak yang memilih diam
karena dunia tidak diajarkan untuk mengerti.
Namun diajarkan untuk menghakimi,
tentang mana yang baik dan buruk
benar dan salah
patut dan tidak
jelek dan cantik
bodoh dan pintar
kaya dan miskin
berguna dan tidak
penting dan remeh
terus dan terus,
dikotak-kotak
dihasut bias-bias
pendidikan untuk menghakimi,
dan sibuk dengan opini.
Sibuk dengan diri sendiri,
kemudian membuat kita
membenci untuk paham
dan menggemari pengadilan.
mungkin belum,
tapi suatu hari.
yang remeh bisa jadi penting,
yang buruk ternyata baik,
yang bodoh ternyata pintar.
mungkin belum,
tapi suatu hari.
kita tidak peduli akan label, julukan, cap
kita tidak lagi disibukkan menilai dan menghakimi.
mungkin belum,
tapi suatu hari.
Kita akan lebih sibuk untuk memahami,
sibuk mempelajari,
dan sibuk memaklumi.
Air mata adalah buah emosi paling tulus
Kata dan raut
Emosi dan manusia
Air mata adalah buah emosi paling tulus
Namun belakangan ini langka, karena manusia tidak seharusnya?
pernahkah kamu menangis di depan manusia lainnya?
semoga kamu mengingat saat kamu menangis
dalam emosi yang paling tulus
dan dalam kesedihan yang menggerayangi
di luar banyak kesedihan-kesedihan yang ditutupi
senyum dipatri dan binar wajah pretensi
kita piawai menyembunyikan emosi
gerobak jadi rumah,
kaki-kaki yang telanjang
mereka bekerja lagi besok pagi
kepala dikeroyok pikiran-pikiran
tidak ada cinta kali ini
kita dengar dan lihat, tapi kenapa tidak menangis?
di luar banyak kesedihan-kesedihan lain yang ditutupi
dan terlalu banyak manusia yang terlalu egois untuk mengerti
semoga dari hati, tulisan ini sampai ke hati lainnya
dari kesedihan yang hinggap malam ini,
kamu saya temani
Emosi dan manusia
Air mata adalah buah emosi paling tulus
Namun belakangan ini langka, karena manusia tidak seharusnya?
pernahkah kamu menangis di depan manusia lainnya?
semoga kamu mengingat saat kamu menangis
dalam emosi yang paling tulus
dan dalam kesedihan yang menggerayangi
di luar banyak kesedihan-kesedihan yang ditutupi
senyum dipatri dan binar wajah pretensi
kita piawai menyembunyikan emosi
gerobak jadi rumah,
kaki-kaki yang telanjang
mereka bekerja lagi besok pagi
kepala dikeroyok pikiran-pikiran
tidak ada cinta kali ini
kita dengar dan lihat, tapi kenapa tidak menangis?
di luar banyak kesedihan-kesedihan lain yang ditutupi
dan terlalu banyak manusia yang terlalu egois untuk mengerti
semoga dari hati, tulisan ini sampai ke hati lainnya
dari kesedihan yang hinggap malam ini,
kamu saya temani
Penyakit Manusia Modern
Fan Ho |
Hal-hal yang memanjakan mata,
merupakan tolak ukur nilai manusia di era ini.
Dalam peradaban ini,
kita menciptakan aturan baru.
yang tidak kasat mata,
dan tanpa kita sadari,
menjadi agama yang tidak pernah diakui.
Manusia-manusia modern,
lupa menilai orang dari perbuatan kemanusiaannya
mencari-cari nilai manusia dalam layar handphone-nya
mencari-cari kemanusiaan dalam situs-situs digital.
Padahal kemanusiaan berlimpah-ruah,
dalam rumah-rumah kecil,
dan dalam bentuk yang kurang memanjakan mata.
Penyakit manusia modern,
adalah manifestasi kemajuan teknologi.
Dan sekarang pertanyaannya,
Siapa lebih manusia,
di antara manusia-manusia dalam era modern ini?
Perangkap
Cinta dibayar uang,
tapi tidak pernah sebaliknya.
Cinta dipakai bekerja,
lalu lama-lama hilang.
Cinta dicari-cari,
tapi tidak ditemukan.
Cinta perlahan kembali,
lalu mulai dari awal lagi.
Subscribe to:
Posts (Atom)